Tuesday 12 May 2015

[Rohani] Sumber Kehidupanku

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
(Matius 11: 28)


Sebagai seseorang yang pernah melalui betapa gelapnya kondisi terendah kehidupan, tulisan ini (dan yang selanjutnya akan kutulis dalam label “christian”) adalah kata-kata yang sungguh tulus keluar dari lubuk hatiku yang paling dalam.

Semua orang dewasa pasti pernah mengalami naik-turun dalam fase hidupnya, betapa manis dan pahitnya kehidupan yang sebenarnya. Orang-orang menyebutnya asam garam kehidupan. Ya, mau tidak mau, setiap orang harus melalui proses itu supaya bisa jadi pribadi yang lebih baik dari hari kemarin, lebih bijak. Aku, di usiaku yang hampir memasuki masa seperempat abad ini, sangat bersyukur bahwa aku sudah pernah merasakan betapa gelap, dingin, dan pahitnya berada di titik terendah hidupku itu. Aku sampai berpikiran untuk mengakhiri hidupku saat itu, karena aku hilang arah dan tujuan.

Sumber: link
Aku sungguh tak punya semangat hidup…dan tak bisa menyalakan api semangat itu sedikit pun. Jika diingat lagi, itu memang memori yang sangat pahit. Aku tak mau kembali lagi ke masa itu. Tapi di sisi lain, aku sangat bersyukur. Aku bersyukur karena Tuhan masih memelihara hidupku. Dia memampukan aku untuk melalui masa yang “tak mungkin” itu.
  
Belakangan ini, Dia membawaku ke fase hubungan yang lebih serius antara kami berdua. Saat ini aku semakin dituntut untuk lebih lagi melakukan firman-Nya secara nyata dalam hidupku. Saat ini bukan lagi masaku untuk hanya mendengar dan melihat hal-hal yang baik di lingkungan orang-orang seiman. Saat ini adalah masa untuk ‘ku keluar, pada dunia, menghadapi tantangan hidup, sambil terus memegang dan menyatakan firman-Nya dalam setiap tingkah lakuku.

Aku pun mulai mengimani secara sungguh tentang penyertaan-Nya. Ketika aku sedih dan lemah lalu aku meminta dengan yakin kekuatan-Nya, entah bagaimana, aku kemudian bisa melewati hari itu. Ketika aku demam tapi harus mengajar, aku pun meminta-Nya untuk menguatkanku setidaknya sampai tanggung jawabku selesai, dan aku pun kuat menjalani hari. Ketika aku takut menjalani hari kemudian menyampaikan ketakutanku pada-Nya, Dia membuat segalanya berjalan dengan biasa, apa yang aku khawatirkan tidak benar-benar terjadi. Dan secara tak terduga, Dia tetap memberiku pekerjaan saat aku merasa aku tak akan bisa menghasilkan uang lagi.

Tapi bukan berarti segalanya berjalan sesuai dengan apa yang aku minta. Halangan tetap ada, namun ketika aku dengan yakin meminta kekuatan pada-Nya, aku mendapatkan kekuatan dan penghiburan yang aku butuhkan.

Dia menjadi sumber kekuatanku.

Dia mengatur jadwal-jadwalku yang kurasa tak mungkin kususun sendiri.

Dia mengingatkan aku untuk tidak konsumtif saat aku ingin membeli banyak barang.

Dia mengingatkan aku untuk tetap rendah hati saat aku akan menyombongkan diri.

Dia memelihara hidupku.

Dia mengingatkanku pada-Nya saat aku mengalami mimpi buruk dan ketakutan.

Dia tetap menjagaku di jalanan saat aku hampir menabrak kendaraan di depanku.

Dia selalu memberiku kesehatan dan keselamatan.

Dia menenangkan aku dan membawaku kembali pada akal sehatku saat aku merasa menyerah terhadap keluargaku.

Dia menuntunku pada jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang kuajukan dalam hidupku, tentang kasih, tentang pasangan hidup.

Dia mengajariku caranya menjadi pribadi yang dewasa saat aku merasa masih terlalu childish untuk keluar melihat dunia.

Dia adalah sumber pertolongan.

Aku percaya saat kita digandeng-Nya secara pribadi dalam menjalani kehidupan kita, segala hal yang tak bisa diberikan manusia di dunia ini, bisa Dia berikan pada kita…

…Tapi kita juga harus mau menanggung bagian kita di dunia ini. Segala perjalanan hidup; tangis, tawa, sakit dan sembuhnya luka kita, harus mau kita jalani.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan.
(Matius 11: 29-30)


No comments:

Post a Comment