Thursday 28 April 2016

Hanya Bisa Sabar

Sumber: picturequotes.com
  
Rabu, 27 April 2016
  
Hari ini aku berhadapan dengan laptop sedari pagi, seperti biasa. Yang tak biasa adalah pemadaman listrik. Dikarenakan ada perawatan dan pemeliharaan jaringan listrik oleh PLN, listrik di rumahku padam sejak jam 9-an pagi.
  
Duh, aku kan perlu pake laptop…mana batere laptop soak pula, jadinya harus nyolok ke listrik terus deh, pikirku. Aku yang tak hilang akal segera bersiap-siap untuk menuju Platinum; warnet di atas Hoka-hoka Bento di Jl. Kaliurang yang menyediakan akses wifi. Cocok lah ngendon di situ 2 jam-an. Laptop, charger, HP, dompet, headphone, tempat pensil beserta USB segera kumasukkan ke dalam tas ransel. Sudah kususun juga rencananya: berangkat jam 10-an, mampir beli bensin dulu (sekalian mecahin duit), terus mampir ind*maret beli air mineral, ke Platinum, menyelesaikan urusan di depan laptop selama 2 jam, lalu pulang. Sempurna.
   
Ya, segalanya berjalan sempurna sampai aku menyadari modemku hilang.
    
Sore itu aku sedang di rumah, santai. Kurasa tak ada tanggung jawab yang perlu kuselesaikan lagi hari itu. Lalu tiba-tiba aku teringat sesuatu, di mana modemku? Modemku tidak ada di meja, tidak juga di tas ransel yang kupakai tadi (modem tadinya ada di tas ransel). Apakah dia hilang? Tak mungkin. Tak boleh. Aku baru membelinya, belum ada sebulan, nota pembeliannya saja masih kusimpan. Eerrrr…Aku masih memerlukannya. Sangat perlu. Dan jumlah uang yang kuinvestasikan untuk membelinya…? Itu jumlah yang kupertaruhkan! (Karena memang saat ini aku tidak menyediakan dana khusus untuk membeli modem dan aku tidak seharusnya menggunakan uang sejumlah itu untuk belanja jika ingin keadaan keuanganku berada pada level aman.)
  
Jadi, awal bulan ini modem lamaku rusak. Karena aku membutuhkan modem, aku memutuskan untuk membeli modem baru di tengah keadaan keuanganku yang carut-marut saat ini. Ketika membelinya, aku membayangkan bahwa aku akan menggunakan modem itu untuk waktu yang lama.
  
Namun ternyata kenyataan berkata lain hari ini.
 
Setelah menyadari modemku tak ada di rumah, aku segera kembali ke Platinum untuk mencarinya. Aku ingat tadi tasku sempat jatuh dari kursi ketika kutinggal ke meja operator. Aku sangat berharap bahwa modemku akan kutemukan di sana, tapi aku sadar bahwa aku sebaiknya prepare for the worst. Sampai di sana aku segera mencari ke bawah meja yang tadi kupakai. Hasilnya nihil. Aku pulang dengan tangan hampa. Jauh-jauh ke Platinum hanya untuk kembali dengan tangan kosong.
 
Kecewa? Iya. Sedih? Tentu saja… Ngenes sih, lebih tepatnya. Beberapa hari sebelumnya TV di rumah rusak, jadi aku tak punya hiburan selain laptop dan HP. Lalu hari ini, satu-satunya modem yang bisa dipakai untuk router di rumah…menghilang. Sempurna. Sempurna sialnya.
   
Aku sempat merasa sedih, tapi kemudian aku mendapat pencerahan. Dengan hilangnya modem itu aku memang tak bisa ngenet dengan bebas di rumah, tapi segala hal yang lebih penting dari modem itu masih berada di tempat yang seharusnya. Data-data di USB lamaku masih bisa diakses dengan baik, film-film di USB baruku masih lengkap seperti sebelumnya, paket internet di HP masih bisa digunakan (meski tak ada pulsa untuk SMS), segala data di dalam laptop usang masih terjaga, dan USB-HP-laptopku masih berjalan normal. Setelah mengingat hal itu aku baru bisa bersabar.
 
Kadang aku merasa Tuhan sengaja tidak mengijinkanku berada dalam keadaan nyaman, 100% nyaman, supaya aku selalu mawas diri terhadap kehidupan dan yang lebih penting…mengingatNya dan memahami kebesaranNya.
 
Aku bersyukur bahwa segala milikku yang lebih penting, yang lebih priceless itu masih ada di sana, di tempat yang seharusnya. Lagi pula hidup manusia memang tak selalu mulus, terkadang ada kerikil-kerikil tajam yang menghambat langkah; membuat kita sakit sehingga terpaksa berhenti sejenak. Namun sebesar apapun kerikil itu, kita tetap bisa melanjutkan perjalanan…hanya jika kita memang menginginkan itu. Tak ada halangan yang terlalu besar yang dapat menghentikan kita, yang ada hanyalah halangan besar yang justru membuat kita lebih mampu, kuat dan bijak daripada sebelumnya.
  
Semoga esok hari dan hari-hari ke depannya aku dapat tetap mengingat rasa syukur ini dan tidak kehabisan akal, sehingga aku tidak lagi merutuki (apa yang kuanggap) kesialanku.
  
Sumber: quotesgram.com
   

No comments:

Post a Comment