Memanfaatkan Struk Belanja

Ada nggak sih, orang yang bercerita tentang “struk belanja” di blognya? Atau hanya aku, orang yang terlalu kreatif iseng mengangkat tema ini? Hahaha.

Ah, betapa noraknya diriku.

Seberapa banyak pembeli yang masih menyimpan struk belanja setelah keluar dari toko/swalayan/supermarket? Aku yakin cukup banyak, dan itulah mengapa dompet kita yang tak beruang jadi tampak tebal…karena menyimpan terlalu banyak nota/struk belanja. Dan dikemanakan struk-struk itu pada akhirnya? Setelah selama beberapa lama tinggal di dalam dompet kita, kertas-kertas itu tetap akan berakhir di tempat sampah.

 

Namun ada kah yang berpikir untuk memanfaatkannya terlebih dulu sebelum membuangnya ke tempat sampah? Sebagai memo, misalnya?

Memanfaatkan bagian belakang struk belanja sebagai memo, menjadi kebiasaanku selama beberapa bulan belakangan ini. Kadang aku menulis to-do-list harian, kadang catatan penting dan menempelnya di bagian atas layar laptop menggunakan selotip (itu berarti catatan yang super duper penting, supaya aku selalu ingat). Seperti pada foto di atas (sayangnya tidak terlihat jelas), di samping kumpulan struk yang kujepit menggunakan paper clip, ada sebuah struk yang bagian belakangnya kutulisi “ Perbanyak minum air putih”. Ya, aku memang harus memperbanyak minum air putih, bukannya kopi atau teh. Atau di catatan lain aku menuliskan “Fokus pada tujuan semester ini, hard work is a must!” saking pentingnya aku untuk tetap fokus guna mewujudkan tujuan di setengah tahun ke depan.

Ffyuuhh…

Berhubung aku orang yang pelupa, menulis catatan-catatan kecil seperti itu sangat membantuku melakukan tugas harian yang perlu kukerjakan. Lalu biasanya to-do-list harian itu kuletakkan di dekat laptop, supaya mudah terlihat olehku. Dengan cara ini, aku mendapatkan beberapa manfaat sekaligus: (1) Memanfaatkan sumber daya yang ada namun tak terpakai untuk kegiatan yang berguna, (2) Mengingatkanku pada tugas harian yang kulakukan, dan (3) Menghemat uang untuk membeli kertas memo.

Good job (for myself)!