Sunday 20 September 2015

[Review] Keseimbangan Hidup Perempuan


"Karena perempuan terlahir untuk hidup seimbang dan bahagia bersama keluarga, karier, kehidupan spiritual, kecantikan dan kesehatan, keuangan, lingkungan sosial, dan me-time."


Judul: Keseimbangan Hidup Perempuan
Penulis: Irni Fatma Satyawati, S.Psi dan Asri Rakhmawati (Achi TM)
Editor: Herlina P. Dewi
Penerbit: Stiletto Book
Tebal buku: xii + 194 hlm 
Terbit: Desember 2012

Blurb:
Mengasuh dan mendidik anak? Oke!
Mendapat promosi di kantor? Kenapa tidak?
Melakukan perawatan agar tetap cantik dan sehat? Harus dong…
Terus, memanjakan suami dengan masakan spesial juga penting, kan?
Dan, yang tidak boleh dilupakan…beribadah.
Lalu, bagaimana dengan waktu untuk diri sendiri? Bergaul dengan teman-teman untuk sekadar ngopi bersama? Mengunjungi rumah orangtua kita? Atau…
Ah perempuan, begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Mampukah kita menyelesaikan semuanya dengan jatah waktu hanya 24 jam sehari?
Silakan baca buku ini, dan Anda akan bersyukur karena ternyata Anda bisa meng-handle semuanya. Selamat membaca, dan yakinlah bahwa Anda, para perempuan, terlahir untuk hidup seimbang dan bahagia.
 
***
 
Buku ini dapat dikategorikan sebagai buku psikologi populer (nonfiksi), karena isinya seputar ‘panduan’ dan ‘saran’ bagi para perempuan dalam menghadapi kehidupan. Satu yang tidak kusangka (sekaligus yang kusuka) dalam buku ini adalah setiap chapter ditulis dalam 2 versi: single dan married. Meski aku belum menikah tapi cukup menyenangkan membaca bagian “si married”, sangat informatif.
  
Ada 7 chapter dalam buku ini, yaitu: Happy Family, Kehidupan Karier, Kehidupan Sosial, Keuangan, Cantik dan Sehat, Kehidupan Spiritual (khusus pada chapter ini tidak dipisah berdasarkan single-married), dan Me Time. Tuh, lengkap kan? Ya, sesuai dengan judulnya, isinya membahas beberapa hal yang mencakup banyak aspek dalam hidup kita sebagai perempuan. Ajaibnya, menurutku semuanya (yang dibahas) sudah cukup menjelaskan poin-poin penting pada pembaca dan penjelasannya mudah dipahami.
 
Berhubung buku ini memuat 2 segi pandang yang berbeda (lajang dan menikah), aku jadi agak kesulitan untuk membaca isinya secara urut. Tapi tak masalah, kondisi ini bisa disiasati dengan membaca semua bahasan versi lajang terlebih dahulu, baru kemudian versi married. Pada versi married, karena masih single aku hanya membaca sambil lalu (tidak terlalu menghayati). Tapi yang jelas ada banyak langkah how-to yang menarik untuk diperhatikan, di antaranya adalah alasan berkarier di rumah/luar rumah, tips mengatur utang, tips menjaga kesehatan pasca melahirkan, dll.
  
Untuk versi lajang, aku membacanya dengan seksama karena memang bagian itu yang sesuai dengan kondisiku saat ini. Dari semua bagian “si lajang” yang kubaca, ada beberapa poin yang menarik perhatianku:
  
1. "Beberapa persepsi yang salah dari para gadis dalam mendefinisikan arti sebuah kebahagiaan yang hanya dilihat dari faktor mempunyai pasangan atau tidak: ada seseorang yang memperhatikan kita setiap saat, ada seseorang yang dapat mengantar kita ke mana pun kita pergi, ada seseorang yang diandalkan sebagai sumber dana, dan ada seseorang yang dibanggakan kepada teman-teman." - halaman 4
  
Setuju! Aku juga berpendapat bahwa persepsi-persepsi seperti itu kurang tepat. Hanya ABG yang berpikir dengan cara pikir seperti itu, orang dewasa tidak. Jadi aku sangat setuju bahwa kita seharusnya memandang pasangan kita sebagaimana dirinya, bukan sebagaimana fungsinya.
  
2. "Setiap hubungan sosial akan berjalan efektif jika kita mempunyai kemampuan saling mendengarkan." - halaman 82
  
3. "Selama Anda dapat menciptakan rasa nyaman dan aman pada diri sendiri, maka di mana pun Anda berada, tidak akan mengalami masalah dalam hal bersosialisasi." - halaman 90
  
Kalimat di atas terkhusus ditujukan untuk kaum introvert (maksudnya aku, haha) dalam pergaulan. Manusia adalah makhluk sosial, tak bisa hidup sendiri. Sekalipun kita termasuk kaum introvert, kita tetap harus menjalin relasi dengan orang lain. Dan hal itu sangat mungkin kita lakukan selama kita menerapkan apa yang dikatakan dalam kalimat di atas. Aku setuju dengan kalimat itu, karena aku termasuk introvert yang menerapkan hal itu ketika bergaul/bersosialisasi dengan orang lain.

By the way, ku pernah menulis tentang “Kebiasaanku Sebagai Orang Introvert” di blogku yang lama. Silakan membacanya jika mau. Semoga yang baca tulisanku itu bisa paham apa yang kutulis. Haha.
  
4. "Interaksi sosial dengan orang lain sangat bermanfaat untuk mengurangi stres." - halaman 91
  
Dulu, ketika aku belum mengenali diriku sebaik sekarang, setiap ada tekanan aku menyimpannya sendiri. Alhasil bebanku terlalu berat, menumpuk. Tapi sekarang jika aku merasa sudah tertekan akibat tugas atau pekerjaan atau masalah lain, aku meyakinkan diriku bahwa aku hanya perlu teman bicara supaya bebanku terasa lebih ringan. Hasilnya? Kini aku merasa bahwa semua beban yang kupikul sangat mungkin untuk diselesaikan, cepat atau lambat.
 
5. "Betapa damainya hidup kita ketika tahu bahwa kita punya dana darurat." - halaman 112
  
Iya banget, yang namanya tabungan itu sangat membantu saat kita tiba-tiba harus mengeluarkan dana mendadak. Dan keadaan ini sedang ‘kuhayati’ selama beberapa bulan terakhir ini. Haha. Belum lama ini aku membuat sebuah tulisan tentang keuangan yang berjudul “Mengelola Keuangan dengan Bijak”. Isinya kurang lebih tentang secuil cara mengatur keuangan versi diriku sendiri, tapi…rasanya tulisannya masih berantakan. Hehehee.
  
Dan supaya tidak terkesan pilih kasih terhadap versi married, aku akan mengutip beberapa kalimat yang menurutku bagus:
  
1. "Salah satu kesalahan terbesar dalam pernikahan adalah tidak adanya komunikasi yang baik antara suami dan istri. Suami dan istri adalah sebuah tim yang seharusnya solid. Dalam sebuah tim, maka hak dan kewajiban setiap anggotanya harus seimbang. Segala risiko dihadapi bersama. Setiap kegagalan pun harus ditanggung bersama." - halaman 27
  
2. "Jujur dan menunjukkan diri apa adanya. Bila Anda memang berada di tengah kalangan jet set, sedangkan Anda sendiri orang yang sederhana, tetaplah menjadi pribadi yang jujur dan bersahaja. Tak perlu memaksa diri untuk mengikuti gaya hidup mereka." - halaman 99
  
3. "Anak pasti selalu mengikuti kebiasaan orangtuanya. Oleh karena itu, bila Anda menginginkan anak Anda sehat, Anda juga harus mulai berubah untuk hidup sehat." - halaman 152
  
Sebenarnya ada lebih banyak kalimat/topik yang menarik perhatianku di buku ini, tapi aku tak mungkin menuliskan semuanya kan? Bisa-bisa aku memindahkan seluruh isi buku di postingan ini. Sedangkan untuk kekurangan buku ini menurutku tak ada hal berarti yang perlu kukritik, karena aku memang tak pandai mengritik buku psikologi. Hehe. Jujur, dari segi cetakan tulisannya memang ada beberapa hal yang pantas dikomentari, tapi aku tak akan melakukannya pada buku ini. Kenapa? Karena buku ini termasuk buku yang diterbitkan pada masa awal berdirinya Stiletto Book. Memang, pada awal-awal dulu banyak tulisan yang sepertinya dihasilkan dari proses editing yang kurang teliti. Tapi Stiletto Book tampaknya benar-benar berusaha untuk memperbaiki kualitas editing-nya. Jika dibandingkan antara buku-buku cetakan beberapa tahun lalu dengan cetakan 2 tahun terakhir ini perbedaan tulisannya jauh berbeda, makin lama makin zero typo.

“Keseimbangan Hidup Perempuan” ini kurekomendasikan untuk semua perempuan yang membutuhkan bacaan bermanfaat, yang mencari suasana baru pada bacaan selain novel dan majalah. Buku ini berisi pesan-pesan positif yang pastinya bermanfaat untuk kehidupan kita sebagai perempuan.


3 comments:

  1. wah lengkap ini,... gak perlu liat bukunya lagi :)

    ReplyDelete
  2. Reviewnya lengkap nih. Coba kirim di koran deh, siapa tahu dimuat :)

    ReplyDelete
  3. Terima kasih rferensinya bukunya,,,

    ReplyDelete