Friday 24 June 2016

[Review] Sing-Py: Single Happy

“Buat apa dobel tapi nyakitin, kalo bisa single tapi bahagia.”
  
  
Judul: Sing-Py: Single Happy
Penulis: Dedew (Dewi Rieka)
Penerbit: Loveable
Tebal buku: iv + 208 hlm
Terbit: 2015
 
“Ran, emang rencana kamu ke depan tuh apa? Mau balik lagi jadi orang kantoran?”
 
“Nggak, Bu. Rania tuh mau bikin kos. Tapi, khusus untuk cewek jomblo. Rania pengin ajarin anak-anak gadis bertahan hidup di dunia keras. Pengin bikin Kos Jomblo biar Rania dan cewek-cewek kos nggak diganggu hidung belang.”
 
Terbentuk Kos Jomblo yang dikomandani Rania, cewek yang sakit hati dengan cowok yang namanya Anto, si manja, pengangguran, dan nyebelin. Hubungan mereka hanya bertahan tiga tahun. Kos jomblo, murah meriah dan nyaman, tapi syaratnya harus jomblo. Peminat kos pun menumpuk hingga Rania harus melakukan audisi. Terpilihlah sepuluh cewek dengan fisik, karakter, profesi, dan latar belakang yang berbeda. Semuanya memiliki alasan berbeda kenapa memilih Kos Jomblo.

 
***
 
Novel ini bercerita tentang sepuluh cewek jomblo (yah…tidak semuanya jomblo sih, sebenarnya) yang ngekos di Kos Jomblo milik Rania. Di awal novel diceritakan sekilas tentang karakter masing-masing anak kos. Kesepuluh cewek itu punya karakter, latar pendidikan dan usia yang berbeda-beda. Ada yang masih SMA, kuliah, ada juga yang sudah bekerja, ada yang masih polos, dan ada yang jadi primadona (ditaksir banyak cowok). Persamaan mereka hanya satu, yaitu jomblo (dan pura-pura jomblo).
   
Untuk aku yang biasanya membaca novel young adult atau kisah inspiratif, novel ini terasa sangat berbeda 180 derajat. Suasananya sangat “berwarna”, lincah, dan kocak banget! Hahaha. Aku tidak merasa ada masalah dengan gaya cerita yang sangat berbeda dengan genre novel yang biasa kubaca. “Mungkin itu memang gaya penulisnya,” pikirku. Namun ada beberapa typo yang agak menggangguku. Kurasa jumlah typo di novel ini cukup mengkhawatirkan. Karena novel-novel lain biasanya zero typo, aku agak kaget menemukan banyak typo di sini. Contohnya kurang spasi antar kata dan kesalahan tanda baca. Aku menemukan ada beberapa kata yang tidak diberi spasi. Untuk tanda baca biasanya kurang tanda petik (ada kalimat langsung, di awalnya ada tanda petik tapi di akhirnya tidak ada) dan ada kesalahan peletakan koma (harusnya “Kok,” tapi di novel “Ko,k”). Pada akhirnya, banyaknya typo itu memberiku kesan seolah-olah novel ini tidak diedit dengan cermat.
 
Mohon maaf jika kritikku ini terasa agak tajam untuk pihak tertentu, tapi aku harus mengatakan yang sebenarnya. Tentunya kita tidak akan bisa meningkatkan kualitas jika kesalahan itu tidak ditunjukkan dengan nyata, bukan? Karena sayang sekali, padahal sampulnya menarik, halamannya berwarna, isinya lucu, tapi ternyata penulisannya banyak typo.
 
By the way, di novel ini ada dua tokoh yang sangat kuingat: Gani dengan keberuntungannya dan Roro dengan kesialannya (entah itu namanya sial atau apa). Gani adalah seorang mahasiswi yang suka banget ikutan kuis (alias quiz hunter), hokinya sungguh luar biasa. Bagaimana tidak? Dari hasil berburu kuis itu dia sudah mendapatkan voucher, emas, handphone, bahkan sepeda motor! Ckckck…mau dong punya hoki kayak Gani. Hahahaa. Sedangkan Roro, dia sempat pingsan waktu datang ke pernikahan mantannya yang pisah dengannya sejak setahun yang lalu. Putus lalu menikah dengan orang lain setahun kemudian? Cepat, ya? Lalu setelah itu dia sempat berkomunikasi lagi dengan mantannya (yang sudah jadi suami orang) dan ke-GR-an. Tapi ternyata…dia salah sangka! Duhh…ngenes banget sih, Ro, kamu ini. Kalau tokoh yang lain? Baca saja sendiri. Ada juga kok yang lucu dan so sweet. Hihihihi.
  
Intinya, kisah kesepuluh cewek yang bermacam-macam kayak rasa rujak ini menunjukkan pada pembaca tentang hal, pelajaran, dan “rasa” yang berbeda-beda pula. Seru lah, pokoknya! Cocok untuk yang mencari bacaan ringan yang menghibur tapi tetap ada “isinya”.

   
Jadi jomblo itu gak mengerikan, karena jomblo itu bebas merdeka. Meski terhalang dompet tipis pas tanggal tua. - hlm 81
 
Buat jomblo (baca: aku) kere pas akhir bulan itu lebih mengerikan dari pada malam Minggu.
 
“Ya udah, kalo nggak mau sakit, ya jangan jatuh cinta!” - hlm 83
 
Iya, harusnya jangan jatuh cinta ya? Tapi bangun cinta? Wakakakakk.
 
Semandirinya seorang cewek, tetep aja butuh yang namanya cowok. - hlm 100
  
Ini untuk menampar orang-orang yang punya pemikiran bahwa cewek mandiri itu tidak butuh cowok. Mereka tetap butuh, hanya saja ada perbedaan porsi dan letak kebutuhan. Ciieee…aku curcol…
    

No comments:

Post a Comment